بسم الله الرحمن الرحيم
Segala
sesuatu mempunyai dua kutub berbeda. Ada kanan ada kiri. Ada bawah ada
atas, ada pintar ada pula bodoh, ada baik ada buruk, ada malaikat dan
ada pula setan. Begitu juga manusia, dalam dirinya manusia punya dua
sisi tersebut. Terkadang malaikat yang lebih dominan, namun di lain
waktu setanlah yang menguasai.
Saat
kita melihat seseorang dengan pakaian compang-camping mengais sampah
untuk mencari nasi, hati ini tergugah untuk memberinya makan makanan
yang layak seperti yang kita makan. Degan memberinya sepiring nasi sepertinya kita sudah menjadi malaikat yang telah menjadi penolong orang lain.
Di
sisi lain saat ada seseorang berbuat kesalahan, kita sulit sekali
memaafkannya, menampakkan muka angkuh di hadapannya, menyiratkan
pandangan kebencian terhadapnya, bahkan menyapanyapun tidak mau. Tetapi saat itu kita tidak merasa diri ini setan bukan?
Rasulullah
mengajarkan “saat tangan kanan memberi maka tangan kiri tidak boleh
tahu”. Tetapi apa yang kita lakukan? Saat tangan kanan memberi, dengan
sengaja ia mengundang tangan kiri untuk mendampinginya. Apakah manusia
merasa dirinya setan dalam situasi seperti ini?
Ada
orang merasa dirinya besar jika ia mampu pergi ke Tanah Suci. Berdoa
dan didoakan menjadi haji yang mabrur. Menunaikan haji dan pulang
membawa air zam-zam dan pernak-perniknya, mengajak kumpul para tetangga
dan mengeluarkan banyak harta untuk disedekahkan. Namun, ia berbangga
dengan gelar hajinya, tidak boleh orang memanggilnya “Bapak Fulan”
tetapi harus “Bapak Haji Fulan”. Orang-orang dibuat bingung akan
kehadiran Fulan ini. Haruskah ia dipuji seperti malaikat ataukan dicaci
seperti setan?
Manusia
selalu merasa dirinya malaikat tetapi tidak pernah merasa dirinya setan
meskipun ia seorang pembunuh, koruptor, perampok, ataupun perampas
hak-hak orang kecil. Topeng malaikat terlalu kuat melekat dalam hati
manusia sehingga menyamarkan jatidirinya. Orang-orang tidak dapat lagi
membedakan yang mana malaikat dan yang mana setan. Mereka memuji-muji
sang setan dan mencaci sang malaikat. Mengikuti yang salah dan
mengabaikan kebenaran sehingga membentuk topeng-topeng malaikat baru
dalam jiwa-jiwanya.
Kita
tidak pernah menyadari yang mana setan dan yang mana malaikat dalam
diri ini. Namun yang harus kita sadari adalah mereka ada dalam jiwa
kita. Manusia itu sendirilah yang menghidupkan salah satu dari mereka.
Malaikat akan hidup dengan cinta, kasih sayang, memaafkan, rendah hati.
Sedangkan setan akan hidup dengan benci, dendam, prasangka, dan
kesombongan. Kembali kepada manusia itu sendiri sisi mana yang ingin ia
hidupkan. Wallahua’lam.
0 komentar